Puan-Puan, pernahkah mendengar istilah cognitive flexibility atau fleksibilitas kognitif? Wajar jika terdengar cukup asing di telinga karena memang belum banyak yang membahas seputar hal tersebut. Kami (penulis-tim puan adaptif) sendiri juga baru mendengar istilah tersebut saat menyimak sebuah video dari kanal Youtube Prof. Rhenald Kasali dengan judul serupa, Cognitive Flexibility. Video tersebut sudah kami simak dan kami buat intisarinya di artikel sebelumnya. Nah, tahap selanjutnya, kami mencoba menelaah sebuah jurnal mengenai cognitive flexibility yang kemudian dirangkum dalam tulisan kali ini.
Cognitive Flexibility atau fleksibilitas kognitif adalah kemampuan manusia mengadaptasi strategi pemrosesan kognitif untuk menghadapi kondisi lingkungan yang baru dan tidak terduga.
Kemampuan ini mencakup tiga karakteristik konsep, yaitu :
Pertama, fleksibilitas kognitif adalah suatu kemampuan yang melibatkan proses belajar, yang mana dapat diperoleh dari pengalaman.
Kedua, fleksibilitas kognitif melibatkan adaptasi strategi pemrosesan kognitif. Yang dimaksudkan strategi ini adalah suatu urutan operasi yang mencari melalui ruang masalah. Oleh karena itu, fleksibilitas kognitif mengacu pada perubahan perilaku yang kompleks, dan bukan dalam suatu respon terpisah.
Ketiga, adaptasi akan terjadi terhadap perubahan lingkungan yang baru dan tidak terduga setelah seseorang melakukan aktivitas selama beberapa waktu.
Untuk menjadi fleksibel, seseorang perlu memusatkan perhatian pada suatu kondisi secara teratur. Dan untuk menyesuaikan perilaku dengan kondisi yang baru, seseorang juga perlu merestrukturisasi pengetahuan atau berpikir secara terstruktur. Mengapa? Agar bisa menafsirkan situasi baru secara efektif. Dengan demikian, fleksibilitas kognitif bergantung pada proses atentif dan representasi pengetahuan.
Di satu sisi, fleksibilitas kognitif sangat bergantung pada proses yang penuh perhatian. Mengapa? Agar dapat mendeteksi situasi baru dan merencanakan tindakan untuk menghadapinya. Untuk bisa fleksibel secara kognitif, seseorang perlu memahami kondisi lingkungan sehingga bisa menginvestasikan sumber daya dan merencanakan tindakan baru yang sesuai dan efektif mengatasi kebutuhan yang ada.
Di sisi lain, fleksibilitas kognitif juga mengacu pada bagaimana orang mewakili pengetahuan mereka tentang suatu tugas dan kemungkinan strategi untuk terlibat. Perilaku manusia dikendalikan oleh pengetahuan seseorang mengenai nilai parameter lingkungan. Pengetahuan ini diperoleh dengan cara belajar dari situasi serupa sebelumnya. Namun, pengetahuan ini harus dimodifikasi ketika situasi berubah untuk menafsirkan kembali kemungkinan persyaratan tugas baru. Dalam pengertian inilah Spiro dan Jehng (1990) telah mengajukan Teori Fleksibilitas Kognitif berdasar orang-orang yang memposisikan representasi tugas dari berbagai perspektif dapat dengan mudah menginterpretasikan perubahan situasional di lingkungan sehingga dapat lebih fleksibel secara kognitif.
Referensi :
Canas, J.J., Fajardo, I. and Salmeron, L. 2015. Cognitive Flexibility. University of Granada.
Comments