Pernahkah Anda merantau? Bagaimana perasaan Anda saat merantau? Sungguh sebuah nikmat yang luar biasa memiliki kesempatan merantau, menjajaki bumi Allah. Merasakan keindahan dan kebesaran Allah yang terhampar luas di muka bumi.
Dari merantau, baik di dalam maupun di luar negeri, kita bisa berinteraksi dengan beragam orang. Belajar mengenal budaya dan bahasa setempat, mencicipi makanan khas suatu daerah, dan sebagainya. Tentu ada cerita menarik dan segala dinamika selama tinggal di rantau. Salah satunya adalah culture shock.
Gegar budaya atau keterkejutan budaya (culture shock) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kegelisahan, kegundahan, dan ketidaknyamanan yang dirasakan apabila seseorang tinggal dalam kebudayaan yang berlainan sama sekali, seperti ketika berada di negara asing. Seseorang yang mengalami gegar budaya, biasanya akan merasa cemas, bingung, dan frustasi. Saat beradaptasi dengan budaya baru dan segala akibatnya, seseorang dapat melalui beberapa tahap, tergantung bagaimana orang tersebut menjalani prosesnya. Bagaimanapun, gegar budaya bukanlah suatu proses yang berurut, tetapi beda-beda tiap orang. Oleh sebab itu, seseorang perlu mengenal dan memahami diri dengan baik agar lebih mudah melalui proses adaptasi budaya.
Berikut ini 10 tahapan penyesuaian budaya yang ditulis oleh Steven Rhinesmith:
Kecemasan pada tahap awal (karena menghadapi tempat tinggal baru)
Kegembiraan yang meluap-luap (karena akan pergi)
Gegar budaya (culture shock) tahap awal
Penyesuaian yang dipaksakan (terhadap kebudayaan baru)
Depresi dan frustasi
Menerima kebudayaan baru
Kembali pada kecemasan (karena akan pulang kampung)
Kembali pada kegembiraan (juga karena kepulangan kampung)
Re-entry shock (kaget dan tidak berharap atau membayangkan keadaan di tempat atau negara asal)
Perubahan diri akibat kombinasi dua budaya yang telah dialami
Diagram Rhinesmith’s Ten Stages of Adjustment
Ketika menaiki roller coaster gegar budaya, orang-orang benar-benar mengikuti pola kurva, yakni mencapai titik tertinggi dan terendah dengan jangka waktu berbeda. Dengan memahami siklus ini, semoga kita lebih mudah melalui tiap fase adaptasi budaya.
Referensi:
Retuning Home. Canadian Bureau for International Education, 1984 p.7 dalam buku Studying Abroad (Windy & Maurin, 2007)
Kommentit